Pria Genius Tolak Hadiah USD1 M

RUSIA – Siapa yang tidak tergiur dengan USD 1 miliar, siapa pun pasti tidak akan pernah menolak jika diberi  hadiah uang tunai sebanyak itu.

Tapi tidak begitu dengan Dr Grigory Perelman. Pria berusia 44 tahun ini menolak hadiah sebesar USD 1 miliar, setelah berhasil memecahkan teka-teki matematika yang paling sulit di dunia.

.

Dr Grigory Perelman

Pria Rusia yang tinggal bak pertapa ini berhasil memecahkan teka-teki  Poincare Conjecture, tapi ia menolak untuk datang dan menerima hadiahnya yang diberikan oleh Institut Matematika  Clay USA, sebesar USD 1 miliar.

“Saya tidak tertarik dengan uang atau ketenaran. Saya tidak mau dijadikan pajangan layaknya hewan di kebun binatang. Saya bukan pahlawan matematika. Oleh karena itu saya tidak ingin semua orang memandang saya,” ujarnya.

Vera Petrovna, salah satu tetangganya berujar bahwa ia pernah melihat isi flat pria genius ini, hanya memiliki sebuah meja, bangku kecil, dan sebuah tempat tidur dengan kasur yang kumal. Itu pun berasal dari pemilik sebelumnya.

“Kami berusaha untuk melenyapkan semua kecoa di blok kami, tapi semua kecoa itu masuk ke kamarnya sekarang,” ujar Vera. Seperti dilansir ananova.com, Rabu (24/3/2010).

Poincare Conjecture sendiri adalah teka-teki yang telah berusia 100 tahun, teka-teki itu nantinya bisa membantu menjabarkan bentuk dari alam semesta. (rhs)

.

Sumber: Okezone.com

Beslan Kenang Tragedi Lima Tahun Lalu

Selasa, 1 September 2004 sekitar jam 9.15 pagi di Beslan Chechnya. Pagi itu adalah hari pertama sekolah sehingga kebanyakan anak-anak yang baru masuk sekolah masih ditemani oleh orang tua masing-masing. Ada sekitar 1.200 orang yang berkumpul di sekolah itu  terdiri dari murid-murid sekolah, para orang tua murid, serta guru-guru. Biasanya, setiap hari pertama sekolah apalagi sekolah dasar sudah pasti riuh rendah oleh teriakan maupun rengekan anak-anak.

Namun, tidak lama kemudian suasana riang di sekolah itu mendadak berobah menjadi ketakutan. Sekelompok orang bersenjata lengkap tiba-tiba menghambur masuk kedalam komplek sekolah lalu menyandera seluruh yang hadir. Mereka diperintahkan masuk ke dalam gedung olah raga lalu mengurung mereka disana. Ternyata para penyerang ini adalah militan Chechnya dan mereka berjumlah 32 orang. Mereka menuntut agar pemerintah Rusia  segera menarik pasukannya keluar dari wilayah Republik Chechnya.

Upaya perundingan untuk pembebasan sandera dengan pemerintah Rusia tampaknya menemui jalan buntu. Alih-alih memenuhi tuntutan militan, Moskow segera mengirimkan pasukan khusus yang sangat ditakuti. Setiba disana, pasukan ini segera mengambil posisi mengepung sekolah. Jalan keluar masuk kotapun mereka tutup agar satu orangpun tidak bisa lolos keluar dari sana. Selama tiga hari dunia menunggu sambil berharap cemas, agar semua kemelut ini bisa berakhir dengan suasana damai.

Ternyata apa yang terjadi kemudian adalah sebaliknya. Tepat pada hari ketiga, tiba-tiba terdengar serangkaian suara ledakan yang berasal dari dalam gedung. Suasana kemudian berobah menjadi panik dan kacau. Pasukan khusus Rusia segera menyerbu masuk ke dalam gedung tanpa  memperdulikan keselamatan para sandera yang terperangkap disana. Tidak lama kemudian, mulai terdengar suara tembakan maupun ledakan silih berganti.

Akhirnya gedung sekolahpun bisa direbut dan dikuasai. Setelah semua terkendali dan tak ada lagi tembakan balasan, pencarian korban pun dimulai. Dunia dikejutkan dengan banyaknya korban meninggal dalam serangan itu. Terdapat 334 orang korban yang tewas dimana lebih dari 180 orang diantaranya adalah anak-anak. Militan yang selamat dan dapat ditangkap hidup-hidup hanya satu orang, selainnya tewas di tempat kejadian. Nur-Pashi Kulayev─demikian militan yang tertangkap─telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada 2006.

Berita mengenai penyerangan itu sendiri simpang siur. Sebagian ada yang menyalahkan penembak jitu dari pasukan khusus Rusia karena memulai tembakan lebih dahulu. Tembakan ini segera memicu balasan dari pihak militan dengan melakukan serangkaian ledakan di dalam gedung sehingga menimbulkan korban jiwa cukup besar. Namun pasukan khusus ini tidak mau dipersalahkan begitu saja. Mereka mengatakan, yang memulai serangan justru pihak militan sendiri.

Mengenang lima tahun tragedi itu, Selasa 1 September 2009 lalu para sanak keluarga korban datang berkunjung ke sekolah itu. Pada dinding sekolah tertempel deretan gambar anak-anak yang menjadi korban tragedi itu. Reaksi pemerintah Rusia sendiri cenderung meninggalkan peristiwa kelam itu dimasa lalu. Peliputan lima tahun peristiwa itu malah kalah dengan peliputan peringatan awal Perang Dunia II yang waktunya hampir bersamaan. Pertanyaan tentang bagaimana tindakan pemerintah dalam mengusut peristiwa itu tetap tidak terjawab.

Situasi terkini di Chechnya bisa dikatakan masih jauh dari aman. Di desa kecil Mesker-Yurt─30 Km arah selatan ibu kota Grozny─Selasa, 25 Agustus lalu seseorang mendekat ke arah kenderaan polisi yang sedang parkir di bengkel perbaikan mobil. Tiba-tiba dia meledakkan dirinya dengan bom yang telah disiapkan sebelumnya. Tiga polisi tewas di tempat sedang satu orang lagi meninggal setelah sempat dibawa ke rumah sakit.

Pelaku pemboman diidentifikasi bernama Magomed Shakhidov usia 25 tahun. Dia seorang bekas pemberontak dan telah pernah dipenjara pada 2004. Selepas dari penjara, dia bergabung dengan pemberontak lagi. Seminggu sebelumnya, dua pelaku bom bunuh diri berkenderaan sepeda telah menewaskan 4 orang polisi serta melukai 3 orang lainnya. Peristiwa itu terjadi di jalan-jalan kota Grozny. Itu adalah kali pertama sepeda digunakan oleh pelaku bom bunuh diri di provinsi  Rusia yang selalu diliputi kegelisahan itu.


.

Sumber : CNN