Eksplorasi Bulan Mars Terbesar akan Berlanjut dengan Misi Phobos Grunt

Eksplorasi Phobos, bulan terbesar dari dua bulan Mars, akan berlanjut dengan Phobos Grunt, sebuah misi Rusia yang akan diluncurkan tahun depan. Roscosmos, agensi ruang angkasa nasional Rusia, sedang merencanakan untuk menurunkan sebuah pesawat pendarat di  Phobos dan membawa pulang sejumlah sampel benda permukaan ke bumi. Misi ini merupakan kelanjutan penyelidikan secara intensif yang saat ini dipimpin oleh Mars Express milik European Space Agency.  Dalam artikel sebelumnya diberitahu  tentang hasil pengamatan atas manuver terbang pintas yang baru saja dilakukan oleh Mars Express dan apa yang dapat dikemukakan tentang Phobos. Tujuan dari terbang pintas ini adalah untuk memandu sebuah tempat pendaratan bagi pendarat Phobos Grunt. Dalam artikel ini akan dibicarakan tentang pendarat itu sendiri dan hasil apa yang bisa diharapkan darinya.

Gambar-gambar yang dihasilkan juga terdapat di dalam! Manuver terbang pintas di atas Phobos yang dilakukan oleh Mars Express berhasil membawa pulang banyak data serta beberapa gambar bulan itu yang terekam dengan indah dan jelas. Sementara rincian dari studi radiometric atas densitas Phobos akan segera menyusul, ESA telah merilis gambar-gambar yang menunjukkan tempat pendaratan yang diusulkan bagi pesawat pendarat Phobos Grunt pada 2012. Lokasinya bagus, area bersih serta permukaan yang relatif rata cocok sekali bagi sebuah pesawat pendarat. Dari hasil rincian akhir, misi Rusia akan ditetapkan. Awalnya peluncuran dijadwalkan pada 2009, namun misi Phobos Grunt ditunda dan jadwal berobah akibat banyaknya proyek luar angkasa yang musti dilakukan. Tapi kini telah dipastikan wahana itu akan diluncurkan tahun depan. Misi penerbangan akan makan waktu selama 11 bulan, akan tiba di Phobos pada 2012. Selesai menjalankan misi,  membawa pulang sampel ini ke bumi adalah perjalanan terlama yang pernah dilakukan.

Phobos Grunt adalah sebuah misi komprehensif untuk  mempelajari Phobos dan Mars. Misi ini akan memimpin studi tentang Mars, Phobos dan lingkungan sekelilingnya (radiasi, plasma, abu antariksa, dan lain-lain). Sementara sampel permukaan Phobos yang dibawa pulang akan menjadi sebuah penjalanan sulit penuh tantangan (tour de force). Tidak diragukan, misi ini menjadi begitu penting dan akan selalu dikenang. Benar-benar sebuah proyek maha besar berkaitan dengan Mars dan seluruh kawasan dirgantaranya.

Penelitian ini juga akan mempelajari kultur dari bakteri Terrestrial sebagai sebuah percobaan biologi. Apabila misi ini betul-betul sukses membawa pulang sampel ke bumi, bakteri ini akan dipelajari untuk menentukan akibat sampingan dari perjalanan panjang menuju antariksa.

Energi bagi operasi penelitian ini akan dipasok oleh dua panel solar persegi panjang. Panel-panel ini akan dilipat mirip bagian-bagian dari atap selama perjalanan ke Mars, kemudian dipasang  dalam konfigurasi “paddle-wheel” standar selama penggunaan. Diantara kedua panel ini terpasang tangki bahan bakar berbentuk donat, dan di dalam lobang donat terdapat roket yang akan digunakan untuk perjalanan pulang. Pemasangan akan dihubungkan oleh delapan penopang ke persnelling pesawat pendarat berbentuk cincin  yang ada dibawahnya. Sebelum dipasang, unit ini secara keseluruhan akan berada di atas sebuah sistem propulsi tersendiri yang lengkap, yang akan digunakan untuk manuver-manuver pra-pemasangan.

Phobos Grunt akan diluncurkan dengan Yinghuo-1 dalam peluncur yang sama. Yinghuo-1 adalah misi perdana Cina ke Mars, yang akan menyelidiki salah satu misteri Mars: Kemanakah air pergi seluruhnya? Kini jelas sudah bahwa Mars mempunyai banyak air pada masa mudanya ketimbang saat ini. Proses yang menghilangkan air permukaan Mars hingga saat ini belum bisa dimengerti. Penemuan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sebagian dari air ini terkunci dalam lapisan bawah permukaan yang membeku. Tetapi bagaimana tepatnya bisa berakhir disana, yang mengakibatkan sistem laut dan sungai planet itu menjadi kering, adalah sesuatu yang memerlukan studi lebih lanjut.

Asal mula dari Phobos sendiri masih menjadi pertanyaan. Ciri-ciri permukaaannya kelihatan mirip dengan beberapa jenis asteroid, yang akan menunjukkan bahwa bulan ini tertangkap oleh sabuk asteroid terdekat. Skenario ini amat bisa dipercaya, kecuali dalam satu hal: Phobos mengorbit Mars dalam garis edar nyaris bundar, tepat pada garis khatulistiwa. Nah, seandainya sebuah asteroid tertangkap secara acak, anda akan berharap orbitnya pun menjadi acak; barangkali bukan bentuk lingkaran sempurna, dan letaknya tidak persis di garis khatulistiwa Mars. Sejalan dengan pertanyaan ini adalah apa yang  akan kita harapkan dari sebuah benda yang terbentuk bersamaan dengan Mars, dalam periode awal pembentukan planet dari sistem solar. Dalam kasus ini, Mars dan bulan-bulannya boleh jadi terbentuk dari satu gumpalan abu dan gas raksasa yang berputar, dan oleh karena itu akan berputar dalam garis edar yang sama.

Demikian pula dengan Phobos, kita melihatnya laksana sebuah benda yang tampak menyerupai sebuah asteroid, tetapi mengorbit mirip sesuatu yang terbentuk bersama Mars. Jika itu adalah sebuah asteroid─atau sebuah tumpukan puing yang membentuk beberapa bongkahan batu asteroid─kemudian yang sulit adalah menjelaskan ciri-ciri dari permukaannya. Ini merupakan teka-teki besar yang timbul dari dua bulan Mars, dan seluruh riset mengenai mereka akan diarahkan untuk menjelaskan pertanyaan ini. Kita bahkan belum melihat Deimos di kedalaman, tetapi manakala kita lakukan, seluruh pertanyaan yang kini sedang diarahkan tentang Phobos juga akan ditanya tentang ini. Darimanakah bulan itu berasal? Tepatnya apakah mereka? Dalam beberapa tahun mendatang, kita akan mencoba untuk mengungkap, dan Phobos Grunt akan menjadi sebuah upaya untuk mendapatkan sebuah jawaban.

Ada lagi misteri lain tentang Phobos: bulan ini kelihatan lucu. Ada lekuk lurus sepanjang  berkilometer di permukaan, seolah-olah telah terjadi ledakan pasir. Ini bisa  mengungkapkan apa yang terjadi: hantaman asteroid  pada Mars jauh pada masa lampau kemungkinan telah melontarkan bongkahan ukuran raksasa hingga jauh ke atas sehingga meninggalkan cetakan berupa lekuk pada permukaan bulan itu. Hantaman asteroid mungkin telah terjadi berulang kali sepanjang awal sejarah Mars, dan memberi kemungkinan lain tentang asal usul dari bulan-bulan planet ini: mereka dapat saja dibentuk dari materi yang terlempar ke atas dari Mars oleh hantaman sebelumnya, kemudian dicetak lagi dan lagi oleh bongkahan dari hantaman sesudahnya.

Secara alternatif, ini memunculkan teori bahwa lekuk panjang ini boleh jadi retakan-retakan lurus pada lapisan bawah batu, lalu tertutup oleh debu permukaan. Phobos Grunt akan melihat formasi-formasi ini dari jarak dekat untuk menentukan teori mana yang benar.

Begitu sampai di orbit Mars, Phobos Grunt pertama sekali akan mempelajari magnetosphere dan atmosphere Mars, lalu melepas Yinghuo-1 kedalam orbit Mars. Bila operasi ini berjalan lancar, maka pendaratan pada Phobos akan dicoba. Operasi ini sedikit menantang, semata-mata disebabkan oleh ukuran target yang kecil. Phobos adalah sebuah gumpalan batu kecil dengan lebar seukuran 20 atau 30 km dan untuk menjadikannya sebagai target membutuhkan beberapa tembakan jitu. Mendarat pada objek kecil senantiasa diliputi oleh ketidakpastian dan menimbulkan kegelisahan bagi awak untuk kembali ke bumi sebab ada banyak kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Jika anda sedikit saja di luar target, anda telah kehilangan bulan itu sama sekali. Sebaliknya jika anda mengenainya terlalu keras, berarti anda telah menghancurkan penelitian senilai multi jutaan dollar. Seandainya Phobos Grunt mampu melewati kerumitan ini, dia akan tiba pada permukaan Phobos dan mengumpulkan sampel. Selama tujuan misi adalah membawa pulang sampel ke bumi untuk studi lebih lanjut, penelitian akan mampu melakukan beberapa kegiatan pendahuluan di tempat.

Phobos Grunt akan mengangkut tiga instrumen yang disumbangkan oleh Centre Nationale d’Etudes Spatiale (CNES) milik Perancis. Satu diantaranya sebuah mikroskop yang dapat melihat dengan mata telanjang dan gelombang panjang infra merah, akan digunakan untuk menentukan tempat-tempat menarik dalam mengumpulkan contoh tanah. Sebuah instrumen serupa telah digunakan dan mengalami sukses pada misi Rosetta. Instrumen Perancis lainnya adalah kromatograf fase gas dan spektrometer laser, akan digunakan untuk menentukan komposisi tanah. Sementara sampel yang dibawa oleh Phobos Grunt tidak diragukan lagi akan dipelajari selama beberapa tahun mendatang. Pengujian pendahuluan oleh instrumen ini akan menghasilkan beberapa ide melengkapi apa yang kita punya, tanpa harus menunggu sampel itu tiba.

Secara sederhana mendapatkan sampel hanya bagian dari pekerjaan; sampel-sampel ini kemudian harus dikirimkan ke bumi. Perjalanan panjang untuk pulang akan menjadi bagian yang mudah. Kegelisahan sesungguhnya berawal saat kru di daratan mulai memikirkan tentang cara pendaratan. Membawa sampel halus ke darat dengan utuh  telah terbukti bermasalah di masa lampau. Misalnya, ketika membawa pulang sampel dari misi komet Stardust, kapsul sampel rusak akibat benturan dan nyaris membahayakan sampel. Bencana memang bisa dihindarkan saat itu, tetapi adalah sebuah taruhan aman jika kru Phobos Grunt memikirkan hal itu ketika mencoba membawa hasil penelitian mereka turun ke bumi.

Besar harapan, segala sesuatu akan berjalan lancar, dan orang-orang Rusia akan memiliki sampel Phobos pertama di dunia. Sebagai bagian dari persetujuan dengan Perancis, Roscosmos akan berbagi sampel dengan CNES. Dalam beberapa hari atau minggu paling lambat, para ilmuwan seluruh dunia akhirnya akan mampu mempelajari sesuatu tentang sosok kecil aneh ini.

Meskipun jika pemulangan sampel gagal, misi ini akan memberikan sedikit data tentang Mars dan satelit terbesarnya yang terbukti akan berharga bagi para peneliti berikutnya. Ini adalah misi yang rapi, dan wahana antariksa ini adalah sebuah perlengkapan mewah yang kemungkinan akan dijadikan contoh bagi misi pemulangan sampel lainnya di kemudian hari.

.

Sumber: 2012 Comet (terjemahan bebas)

20 Tahun Mengorbit, Hubble Ungkap Misteri Semesta

CALIFORNIA (SI) – Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat  (AS) NASA (National Aeronautics and Space Administration) memperingati 20 tahun peluncuran teleskop canggih yang dinamakan Hubble.

Bagi dunia antariksa Hubble memberikan kontribusi yang sangat berarti karena berhasil mengungkap misteri kosmos (semesta). Tepat 20 tahun yang lalu atau pada 24 April 1990, Hubble diluncurkan dengan pesawat antariksa Discovery dari Pusat Antariksa Kennedy di Tanjung Canaveral, Florida AS. Teleskop yang mempunyai misi memetakan semesta ini mengorbit 600 km di atas permukaan bumi. Hubble termasuk satelit dengan orbit yang rendah atau low earth orbiting (LEO).

Selama 20 tahun mengorbit di antara konstelasi bintang, teleskop Hubble masih tetap yang terbaik. Hubble terus merekam pergerakan benda langit lewat potret yang mengagumkan. Untuk memperingati 20 tahun peluncuran teleskop Hubble ini, NASA meluncurkan buku berjudul Hubble: A Journey Through Space and Time. Buku ini berisi tentang temuan telekop Hubble selama 20 tahun mengangkasa.

Direktur misi pengetahuan NASA di Washington, Ed Weiler, menyebutkan buku ini sebagai jembatan untuk mengetahui Hubble. “Temuan Hubble membantu ilmuwan untuk mempelajari jagat raya,” papar Weiler. Pakar astronomi dan profesor astrofisika dari Cambridge University, Lord Rees, menganggap Hubble adalah sebuah karya yang luar biasa bagi kontribusi ilmu pengetahuan. Bagi Rees, Hubble juga mampu membantu untuk menangkap imajinasi orang tentang astronomi.

Tidak diragukan Hubble menjadi teleskop paling berpengaruh yang pernah dibangun. Ini (proyek peluncuran Hubble) juga salah satu yang paling mahal,” katanya. Rees menilai ratusan gambar galaksi yang berhasil diabadikan Hubble sangat penting bagi kepentingan ilmu pengetahuan. Ray Villard dari Space Telescope Science Institute di Baltimore menilai Hubble mampu memberikan sesuatu yang belum pernah manusia lihat.

“Saya tidak akan pernah membayangkan alam semesta yang tampak seperti yang telah mampu Hubble tunjukkan kepada kita,” puji Ray. Ray menambahkan, Hubble tidak hanya mampu menghasilkan beberapa terobosan ilmu pengetahuan, tapi juga telah menghasilkan gambar astronomi yang berhubungan dengan masyarakat dengan cara sangat berbeda. “Saya mendapatkan cerita yang cukup aneh dari orang-orang yang mengatakan bahwa mereka telah melihat hal-hal rohani di dalam foto Hubble,” ujarnya.

Memang, selama mengorbit di antara lingkar galaksi, teleskop yang meminjam nama astronom asal AS Edwin Hubble (1889-1953) ini sukses memotret serangkaian pemandangan semesta yang menakjubkan. Hubble berhasil menangkap gambar nebula Tarantula dan Butterfly yang berpendar kemerahmerahan. Teleskop berbentuk sebuah silinder aluminium dengan lebar 4,3 m dan panjang 13 m ini juga berhasil menangkap gumpalan awan berpijar yang dikenal dengan nebula Carina.

Pada 2010 ini, Hubble kembali unjuk gigi. Teleskop yang setiap hari mengirimkan data 3-5 gigabytes ini mengawali 2010 dengan berhasil menangkap gambar suatu lingkaran galaksi yang terletak jutaan tahun cahaya dari bumi. Galaksi Biru, begitulah ilmuwan NASA menamai temuan Hubble di awal tahun ini. Galaksi dengan semburat biru itu ditemukan 13 miliar tahun setelah terjadinya ledakan dahsyat yang mengawali terbentuknya alam semesta atau Big Bang.

Kesimpulan sementara para ilmuwan NASA, Galaksi Biru mulai terbentuk sekitar 600 juta tahun lampau. Galaksi Biru memiliki luas yang tergolong mungil. Sesuai namanya, galaksi ini memancarkan cahaya biru yang kuat. Warna biru ini diperoleh dari percampuran elemen yang menyelimuti galaksi, yaitu hidrogen dan helium. Pada periode terbentuknya formasi galaksi modern, kedua elemen ini akan menimbulkan warna pelangi.

Sementara warna galaksi temuan Hubble tampil membiru. Itulah sebabnya para ilmuwan memperkirakan Galaksi Biru ini hadir jauh sebelum bintang-bintang besar terbentuk, perlahan meredup, dan akhirnya menjadi bintang mati. Kebanggaan NASA terhadap teleskop Hubble tidak berhenti sampai disini. Beberapa pekan kemudian, teleskop Hubble berhasil merekam bintang berekor atau komet. Benda langit ini terlihat melintas dalam lingkar sabuk planet Mars dan Jupiter.

Prediksi astronom, komet ini lahir akibat tubrukan dua asteroid dalam jarak 90 juta mil dari bumi. Sesaat setelah tubrukan, lahirlah bintang berekor. Gas dan debu menyelimuti komet, lalu menimbulkan cahaya yang terang. Objek tangkapan Hubble ini dinamakan P/2010 A2. Bagi orang awam, komet yang melintas dalam cahaya kebiruan ini tentu indah. Analisis sementara astronom, dua asteroid yang mendahului lahirnya komet adalah asteroid yang sama dengan yang menabrak bumi 65 juta tahun lalu.

Asteroid ini memorak-porandakan kehidupan di bumi dan akhirnya memusnahkan dinosaurus. Hubble adalah perangkat yang istimewa, bukan saja dilihat dari kemampuan dan hasil temuannya, tetapi juga dari sejarah yang melekat pada teleskop ini. Sejarah Hubble dimulai pada 1946. Saat itu, astronom bernama Lyman Spitzer menulis sebuah catatan berjudul “Keuntungan Astronomi atas Penelitian Extraterrestrial (Alien)”.

Lewat catatan itu, Spitzer bicara tentang perangkat tertentu yang sanggup memetakan semesta. Dian ingin manusia mempelajari jagat raya dengan sudut pandang yang berbeda. Menurut Spitzer, teleskop mempunyai peluang untuk melaksanakan tugas ini. Catatan Spitzer tidak pernah diperbincangkan ilmuwan secara mendetail. Catatan Spitzer menjadi fenomenal saat Akademi Nasional Pengetahuan AS mengumumkan proyek terbarunya pada 1962.

Mereka berjanji bakal menciptakan sebuah teleskop yang sanggup memetakan jagat raya dan membantu ilmuwan memecahkan misteri semesta. Ikatan ilmuwan AS lantas menunjuk Spitzer sebagai kepala komite proyek tersebut. Namun, saat itu mereka belum punya rancangan apapun. Akhirnya pemerintah mengajak Pusat Penerbangan Antariksa Marshall (MSFC) untuk mewujudkan teleskop impian.

MSFC bertanggung jawab atas rancangan, pembuatan hingga konstruksi tahap akhir. Sementara tanggung jawab atas operasi keantariksaan diserahkan kepada Institut Pengetahuan Teleskop Antariksa (STScI).

( BBC/guardian/telegraph/wikipedia/anastasia ika)

.

Sumber: Seputar Indonesia

Bencana Jupiter: Pengaruh Bagi Masa Depan Bumi

Minggu, 19 Juli 2009 lalu di Murrumbateman─sebuah kota kecil di Australia. Seorang astronom amatir bernama Anthony Wesley melaporkan dia telah melihat suatu peristiwa tengah  terjadi di planet Jupiter. Kejadian itu bermula sejak Jumat dini hari lalu saat  terlihat semacam parut berwarna hitam gelap tiba-tiba muncul di permukaan dekat kutub Selatan planet itu. Citra  ini hampir saja luput dari pengamatannya karena telah kelelahan mengawasi langit sepanjang malam. Menurut dia, kejadian itu kelihatan amat dekat dan nyata sehingga diputuskan untuk melanjutkan  pengamatan selama setengah jam lagi. Akhirnya setelah betul-betul yakin, ia melaporkan hasil observasi ini dalam situs yang segera ditanggapi oleh NASA di Amerika Serikat.

Saat laporan diterima, NASA tengah melakukan kegiatan pengecekan serta penyesuaian arah teleskop Hubble karena belum terkalibrasi secara  tepat pasca perbaikan dua bulan lalu. Sejak peluncuran perdana pada tahun 90-an silam, teleskop ini telah melanglang buana di jagad raya selama 19 tahun. Upaya perbaikan yang telah dilakukan pada Mei 2009 lalu telah berhasil memperpanjang usia penggunaan teleskop sehingga bisa  dipakai lagi untuk misi penjelajahan hingga 5-7 tahun mendatang.  Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari hasil kerja keras kru pesawat ulak-alik Atlantis yang khusus diluncurkan untuk keperluan itu. Sebuah kamera canggih baru bernama Wide Field Camera 3 (WFC3) telah dipasang dan siap untuk digunakan.

NASA segera menindaklanjuti laporan yang diterima dengan melakukan pengamatan dengan bantuan Hubble serta teleskop infra merah Gemini North milik Jet Propulsion Laboratory di Mauna Kea Hawaii. Dalam waktu tidak lama segera terungkap bahwa apa yang telah dilaporkan oleh Anthony Wesley ternyata tidak salah. Satu gambar  kerusakan parah berbentuk sebuah luka raksasa terlihat dengan jelas di balik selimut awan. Astronom NASA belum mengetahui apa yang menyebabkan luka tumbukan itu. Namun hampir bisa dipastikan, sebuah objek liar berupa komet atau asteroid telah melesat dari antariksa lalu meluncur menerobos awan warna-warni Jupiter dan akhirnya menghantam permukaan planet di kawasan dekat kutub Selatan.

Citra dari area tumbukan yang dikirimkan oleh Hubble sangat jelas dan nyata.  Inilah gambar paling tajam yang pernah dikirim oleh Hubble selama missi luar angkasa. Hasil ini tentu tidak terlepas dari kinerja kamera WFC3 yang baru dipasang ketika menjalani  perbaikan. Selain itu, gambar yang diterima ini merupakan hasil observasi ilmiah pertama sejak Hubble diluncurkan pasca perbaikan oleh kru Atlantis dua bulan lalu. Pimpinan Space Science Institute─astronom Heidi Hammel─mengibaratkan peristiwa ini telah mengungkapkan suatu kekayaan data tak ternilai yang sangat menakjubkan. Gabungan citra yang dihasilkan oleh teleskop di bumi dengan Hubble akan mengungkapkan, apa yang terjadi dengan puing-puing bekas tumbukan itu.

Peristiwa ini merupakan kali kedua dialami oleh Jupiter dalam 15 tahun terakhir. Dunia bisa mengamati dengan jelas peristiwa sejak 16 sampai dengan 22 Juli 1994 ketika sisa-sisa komet Shoemaker-Levi 9 melesat dan membombardir planet itu tanpa henti. Peristiwa itu sendiri telah dapat diramalkan dan disimak dengan teliti jauh hari sebelumnya bakal terjadi. Lain dengan benturan yang baru saja terjadi, sama sekali tidak pernah diprediksi dan hanya bisa tertangkap oleh kamera secara tidak sengaja.  Ini jelas menimbulkan pertanyaan, kenapa kita tidak bisa melihat datangnya benturan itu serta bagaimana pula dengan kemampuan kita untuk mendeteksi kedatangan komet atau asteroid yang berpotensi pembunuh sebelum menghantam bumi?

Benturan yang terjadi di Jupiter kali ini menimbulkan lubang yang menganga selebar  8.000 Km atau setara dengan setengah Samudra Pasifik. Seandainya benda itu menghunjam di sana, air berikut isi samudra akan muncrat berkilometer ke atas serta membanjiri seluruh wilayah permukaan bumi. Efek berantai akan timbul seperti gempa bumi  dahsyat, orbit bumi tergesar dari posisi semula serta akibat lain yang mengerikan. Tim Hubble mengatakan, kekuatan benturan itu ribuan kali lebih kuat dibanding benturan Tunguska yang meluluhlantakkan kawasan hutan seluas 5.000 Ha di Siberia pada 1908. NASA beserta badan-badan lain telah membelanjakan jutaan dollar untuk menemukan serta menelusuri  ribuan objek luar angkasa yang berpotensi mendekati bumi.

Buat sebagian astronom, Jupiter merupakan sebuah vacuum cleaner pelindung bagi planet bumi sehingga nyaman untuk ditinggali. Massa serta gravitasi Jupiter yang sangat besar secara tidak langsung menjadi tameng yang melindungi bumi dari serbuan benda asing dengan cara menyedot masuk atau merubah arah serta melontarkannya ke arah lain menjauhi bumi. Menurut mereka, dalam benturan kali ini Jupiter telah melakukan tugas kosmisnya.  Sebaliknya ada juga berpendapat disamping pelindung, Jupiter juga berpotensi pembawa malapetaka. Tidak semua benda asing yang mendekat disedot atau dilontarkan menjauhi bumi. Ada juga yang semula mendekat tidak menuju bumi tetapi oleh Jupiter malah di lontarkan ke arah bumi.

Terlepas dari itu ancaman bahaya terbesar bagi bumi sebenarnya berasal dari asteroid. Pengaruh Jupiter tidak bisa menjamin bila benda ini melesat mendekati  bumi. Pada dasarnya kebanyakan asteroid ini tinggal dengan tenang dalam sabuk asteroid yang letaknya diantara planet Mars dan Jupiter. Adanya gaya tarik gravitasi dari kedua planet ini lambat laun akan mengacau benda-benda ini untuk bergabung ke salah satu planet.  Tetapi ada kalanya asteroid ini menubruk dan terpantul kembali ke arah bumi. Inilah yang terjadi pada peristiwa jatuhnya asteroid yang menimbulkan sebuah lubang selebar 1 mil dengan kedalaman 500 kaki di gurun pasir Arizona. Bisa jadi ini semacam oleh-oleh dari sang pelindung kita, Jupiter. Siapa tahu?

Sumber : Cosmig Log, HubbleSite, Space.Com, The New York Times, dan Kompas.com